Iklan

Selasa, 30 Maret 2010

Ya Allah kenalkanlah aku dengan diriku sendiri...."

Di antara ciri-ciri kebahagiaan dan kemenangan seorang hamba adalah: Bila ilmu pengetahuannya bertambah, bertambah pula kerendahan hati dan kasih sayangnya. Setiap bertambah amal-amal shalih yang dilakukannya, bertambah pula rasa takut dan kehati-hatiannya dalam menjalankan perintah Allah. Semakin bertambah usianya, semakin berkuranglah ambisi-ambisi keduniaannya. Ketika bertambah hartanya, bertambahpula kedermawanan dan pemberiannya pada sesama. Jika bertambah tinggi kemampuan dan kedudukannya, bertambahlah kedekatannya pada manusia dan semakin rendah hati pada mereka.
Sebaliknya, ciri-ciri kecelakaan seseorang adalah: Jika bertambah ilmu pengetahuannya, bertambah kesombongannya. Setiap bertambah amalnya, bertambah kebanggaannya pada diri sendiri dan penghinaannya pada orang lain. Bila semakin bertambah kemampuan dan kedudukannya semakin bertambah pula kesombongannya. (Ibnul Qayyim, Al Fawaid)
Saudaraku,
Suasana apa yang terekam dalam jiwa kita saat membaca kalimat-kalimat di atas ?
Bilakah kita berada dalam daftar orang-orang yang berbahagia dan menang ?
Atau, celaka?
Semoga Allah swt membimbing hati dan langkah kita untuk tetap memiliki karakter orang-orang yang berbahagia dan menang. Semoga Allah menjauhkan hati dan langkah kita dari karakter orang-orang yang terpedaya oleh ilmu, amal dan kemampuannya. Amiin.
Saudaraku,
Di antara manfaat lain yang bisa kita petik dari petuah Ibnul Qayyim itu adalah, kedalaman ilmunya tentang lintasan dan perasaan-perasaan jiwa. Ibnul Qayyim yang banyak berguru pada Imam Ibnu Taimiyyah itu, berhasil mengenali karakter jiwa kemanusiaannya, sampai ia pun kemudian banyak mengeluarkan nasihat-nasihat yang maknanya sangat dalam dan menyentuh jiwa.
Saudaraku,
Mengenali diri memang penting. "Man arafa nafsahu, arofa Rabbahu," orang yang mengenal dirinya, akan mengenal Tuhannya. Begitu kata Ali radhiallahu anhu. Rasulullah saw juda mengajarkan kita untuk lebih banyak bercermin dan mengevaluasi diri sendiri, ketimbang mengevaluasi orang lain. Orang yang sibuk oleh aib dan kekurangannya, kata Rasulullah lebih beruntung, ketimbang orang yang sibuk dengan kekurangan orang lain.
Dan memang, manfaat menjalani nasihat Rasulullah ini adalah seperti dikatakan oleh Ibnul Qayyim, "Barangsiapa yang mengnal dirinya, ia akan sibuk untuk memperbaiki diri daripada sibuk mencari-cari aib dan kesalahan orang lain."
Saudaraku,
genggam erat-erat tali keimanan kita, Kenalilah diri. Pahami kebiasaannya. Rasakan setiap
getarannya. Lalu berhati-hati dan kontrolah kemauan dan kecenderungannya. Waspadai kekurangannya dan manfaatkan kelebihannya. Berdoalah pada Allah agar Ia menyingkapkan ilmu-Nya tentang diri kita. Sebagaimana senandung do'a yang dilantunkan Yusuf bin Asbath, murid Sofyan Ats Tsauri, "Allahumma arrifnii nafsii." Ya Allah kenalkanlah aku dengan diriku sendiri...." 

Manajemen Sakit Hati.........

Hampir setiap orang tentu pernah mengalami sakit hati dalam hidupnya. Baik dalam keluarga, berteman, maupun bermasyarakat. Sebagaimana sifat sedih dan gembira, rasa yang satu ini adalah suatu kewajaran dalam hidup manusia. Apalagi, mengingat manusia adalah mahluk sosial, yang dalam setiap interaksinya tidak lepas dari kekhilafan.
Sebab-sebab datangnya perasaan ini pun bermacam-macam. Dari masalah sepele hingga masalah besar, dapat menjadi pemicunya. Misalnya berawal dari perbedaan pendapat, adanya konflik atau ketidakcocokan, hingga iri dan dengki. Bila perasaan ini dibiarkan terlalu lama bercokol dalam hati, maka tidak sehatlah hati itu. Pemiliknya pun akan stress dan jauh dari keceriaan. Lebih jauh lagi, hal itu bisa menjauhkan manusia dari Rabb-Nya. Na’udzubillaahi mindzaalik.
Bagaimana memenej rasa sakit hati, agar tidak membuahkan dosa dan azab-Nya bagi kita sendiri? Allah dan Rasul-Nya telah mengajarkan kiat-kiat tersendiri yang dapat menjadi penawar, bila diamalkan. Apa sajakah itu?
Muhasabah (Koreksi Diri)
Sebelum kita menyalahkan orang lain, seharusnyalah kita melihat diri kita sendiri. Bisa jadi kita merasa tersakiti oleh saudara kita, padahal ia tak bermaksud menyakiti. Cobalah bertanya pada diri sendiri, mengapa saudara kita sampai bersikap demikian. Jangan-jangan kita sendiri yang telah membuat kesalahan.
Menjauhkan diri dari sifat iri, dengki dan ambisi
Iri, dengki dan ambisi adalah beberapa celah yang menjadi pintu bagi syetan untuk memasuki hati manusia. Ambisi yang berlebihan, dapat membuat seseorang buta dan tuli. Bila tidak dilandasi iman, seorang yang ambisius cenderung akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan ambisinya.
Demikian sifat iri dan dengki. Sifat ini berasal dari kecintaan terhadap hal-hal yang bersifat materi, kehormatan dan pujian. Manusia tidak akan tenang bila dalam hatinya ada sifat ini. Manusia juga tak akan pernah bisa bersyukur, karena selalu merasa kurang. Ia selalu memandang ke atas, dan seolah tidak rela melihat orang lain memiliki kelebihan atas dirinya. Maka hapuslah terlebih dahulu sikap cinta dunia, sehingga dengki pun sirna.
Rasulullah bersabda, “Tidak boleh dengki kecuali kepada dua orang. Yaitu orang yang diberi harta oleh Allah, kemudian memenangkannya atas kerakusannya di jalan yang benar. Dan orang yang diberi hikmah oleh Allah, kemudian memutuskan persoalan dengannya dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Menjauhkan diri dari sifat amarah dan keras hati
Bila marah telah timbul dalam hati manusia, maka kadang manusia bertindak tanpa pertimbangan akal. Jika akal sudah melemah, tinggallah hawa nafsu. Dan syetan pun semakin leluasa melancarkan serangannya, lalu mempermainkan diri manusia. Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qashidin menyebutkan bahwa Iblis pernah berkata, “Jika manusia keras hati, maka kami bisa membaliknya sebagai anak kecil yang membalik bola.”
Menumbuhkan sifat pemaaf
“Jadilah engkau pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.”  Demikian firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf: 199.
Allah sang Khaliq saja Maha Pemaaf terhadap hamban-Nya. Tak peduli sebesar gunung atau sedalam lautan kesalahan seorang hamba, jika ia bertaubat dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan membukakan pintu maaf selebar-lebarnya. Kita sebagai manusia yang lemah, tidak sepantasnya berlaku sombong, dengan tidak mau memaafkan kesalahan orang lain, sebelum ia meminta maaf. Insya Allah, dengan begitu, hati akan lebih terasa lapang.
Rasulullah bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dimana engkau berada, tindaklanjutilah kesalahan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut menghapus kesalahan tersebut, dan pergaulilah manusia dengan ahlak yang baik.” (HR. Hakim dan At-Tirmidzi)
Husnudhdhan (berprasangka baik)
Allah berfirman, “Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan jangalah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” (QS. Al-Hujurat : 12)
Adakalanya seorang muslim berburuk sangka terhadap seorang muslim lainnya sehingga ia melecehkan saudaranya. Ia mengatakan yang macam-macam tentang saudaranya, dan menilai dirinya lebih baik. Tentu, itu adalah hal yang tidak dibenarkan. Akan tetapi, hendaknya setiap muslim harus mawas diri terhadap titik-titik rawan yang sering memancing tuduhan, agar orang lain tidak berburuk sangka kepadanya.
Menumbuhkan Sikap Ikhlas
Ikhlas adalah kata yang ringan untuk diucapkan, tetapi cukup berat untuk dilakukan. Orang yang ikhlas dapat meniatkan segala tindakannya kepada Allah. Ia tidak memiliki pamrih yang bersifat duniawi. Apabila Allah mengujinya dengan kenikmatan, maka ia bersyukur. Bila Allah mengujinya dengan kesusahannya pun ia bersabar. Ia selalu percaya bahwa Allah akan senantiasa memberikan yang terbaik bagi hambanya.
Orang yang ikhlas akan lebih mudah memenej kalbunya untuk selalu menyerahkan segalanya hanya kepada Allah. Hanya kepada-Nyalah ia mengantungkan harapan.
Nah pembaca, bila anda sedang dilanda sakit hati, cobalah amalkan kiat diatas. Insya Allah, beban hati akan berkurang. Dada anda pun terasa lapang. Insya Allah.

Sabtu, 06 Maret 2010

for you.....

Waktu Luang.....

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,”Ada dua nikmat yang sering disia-siakan: waktu luang dan kesehatan.” Pada kesempatan yang lain, beliau juga pernah berpesan,”Ambillah yang lima sebelum datang lima yang lainnya:…waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu.”
Dua penggal sabda Rasulullah diatas secara tegas memerintahkan kita untuk pandai memanfaatkan waktu luang. Setiap manusia memiliki waktu yang sama: 7 hari dalam satu pekan, 24 jam dalam sehari semalam. Kepandaian setiap orang dalam memanfaatkan jatah waktu yang sama itulah yang akan membedakannya dari orang lain.
Ada orang yang dengan 24 jam-nya mampu melakukan 100 kebaikan, sementara ada pula orang yang dengan 24-jamnya hanya mampu melakukan 10 kebaikan. Ada orang-orang yang dalam kesehariannya memiliki produktivitas sampai 100%, dan ada pula orang-orang yang dalam kesehariannya hanya mampu memiliki produktivitas tidak lebih dari 10%. Mengapa bisa demikian? Saya rasa, jawabannya adalah pemanfaatan waktu. Siapa yang paling pandai memanfaatkan waktunya, dialah yang akan memiliki produktivitas paling tinggi.
Nah, diantara kepiawaian memanfaatkan waktu adalah kepandaian dalam memanfaatkan waktu luang. Setiap kita pasti punya waktu luang. Waktu luang itu bisa jadi berupa waktu yang betul-betul luang: tidak ada agenda yang kita miliki ketika itu. Bisa jadi pula waktu luang itu adalah alokasi waktu yang terlalu banyak untuk suatu hal seperti tidur dan bersantai-santai.
Buatlah Perencaanaan
Mengapa ada orang yang bisa sampai merasa tidak punya agenda pada suatu waktu? Mengapa ada orang yang suatu ketika jadi bertanya pada dirinya sendiri: ”Mau ngapain ya saya saat ini?” atau ”Enaknya ngapain ya saat ini?” Saya rasa sebabnya adalah karena yang bersangkutan kurang bagus dalam perencanaan. Seandainya dia me-list segala hal yang semestinya dia lakukan, kemudian mengurutkannya berdasarkan prioritas, saya yakin alokasi waktu yang ada tidak akan cukup menampung semua hal yang telah ia list tadi. Ini artinya mau tidak mau ia harus memangkas beberapa hal yang berada pada urutan paling bawah, yang bisa jadi masih bisa dilakukan pada kesempatan yang lain. Kenyataan seperti ini digambarkan oleh seorang pejuang besar abad ini yang bernama Hasan Al-Banna ketika ia berkata,”Kewajiban-kewajiban kita sesungguhnya lebih banyak daripada waktu yang kita miliki.”
Melihat kenyataan ini, jika ada orang yang pada suatu kesempatan masih sempat merasa bahwa ia tidak punya agenda maka sudah pasti permasalahannya adalah ketidakmampuannya dalam perencanaan agenda. Untuk menyiasati hal ini, sangatlah baik jika setiap orang menyempatkan beberapa saat dari waktunya untuk membuat perencaaan aktivitas. Bila perlu, catatlah diatas kertas perencanaan aktivitas tersebut secara detail. Cara ini cukup handal dalam rangka me-manage diri kita untuk bisa optimal dalam pemanfaatan waktu.
Tinggalkan Hal-hal yang Tidak Jelas Manfaatnya
Ada lagi fenomena lain dari ketidakmampuan seseorang memanfaatkan waktu. Saya sering melihat orang-orang yang menghabiskan sekian lama dari waktunya untuk hal-hal yang tidak jelas manfaatnya. Contohnya: ngobrol kesana-kemari sambil leyeh-leyeh, tidur terlalu banyak, berjam-jam main game, berjam-jam nonton televisi, dan sebagainya. Saya rasa hal-hal seperti ini sangat sering merupakan penyebab habisnya waktu yang kita miliki, tanpa kita sadari. Saya tidak jarang menemui orang-orang yang mengeluh,”Waduh, saya tidak punya waktu nih.” Bahkan sayapun pernah mengalaminya.
Lakukan Semuanya dengan Efisien
Ada lagi orang-orang yang kehilangan waktunya karena ia terlalu boros dalam penggunaan waktu. Yang saya maksud dengan boros disini adalah tidak efisien. Contohnya, menghabiskan waktu empat jam untuk sebuah rapat yang semestinya bisa dilakukan selama satu jam. Rapatnya menjadi berlarut-larut karena masing-masing berangkat menuju rapat dengan pikiran kosong, atau karena metode pembahasannya terlalu bertele-tele dan tidak efisien, atau karena terlalu banyak canda dan tawa didalamnya, atau terlalu banyak debat dan usulan-usulan yang tidak perlu, atau karena sebab-sebab inefisiensi lainnya. Terus terang, saya termasuk orang yang tidak sabaran dengan hal-hal seperti ini.
Jangan Menunda-nunda Pekerjaan
Ketidakpandaian memanfaatkan waktu luang pada dasarnya adalah bom waktu. Jika seseorang tidak bisa memanfaatkan waktu-waktu luangnya untuk menyelesaikan kewajiban-kewajibannya, maka ia harus bersiap-siap menemui suatu waktu dimana kewajiban-kewajiban itu akan bertumpuk dan menindih tubuhnya. Ketika itu ia dipaksa harus menyelesaikan semuanya, banyak sekali, sementara waktu yang ia miliki sangat terbatas. Ketika itulah biasanya ia baru sadar mengapa ia tidak menunaikan kewajiban-kewajiban itu pada waktu-waktu luang yang sebelumnya ia miliki. Ketika itulah ia akan menyesal mengapa ia suka menunda-nunda segala sesuatu atau mengapa ia tidak mampu merencanakan segala sesuatunya dengan lebih baik.
Kesimpulannya: tidak memanfaatkan waktu luang berarti menyengsarakan diri sendiri, dan memanfaatkan waktu luang berarti membuat enak diri kita sendiri.
Jika begini, masihkah kita suka menyia-nyiakan waktu kita ? 
masihkah kita suka menunda-nunda segala sesuatu ?

Jumat, 05 Maret 2010

my reason....

I've never liked the shelter
I'm constantly alone
I'm pointing out my weakness
There's an emptiness at home

I need to find a reason to live this way
I'm running out of patience and my life is over

I'm standing here but I'm on my way
Searching to find an answer
I'm standing here but it's all the same
And I'm running out of patience

Well I will take my reason for you
And I have gained a reason for you
But you left me
You left me here and I'm all alone

I've been stripped of my young innocence
I take pity in myself
A certain chain of events
That have left me in this hell

I need to find a reason to live this way
I'm running out of patience and my life is over

I'm standing here but I'm on my way
Searching to find an answer
I'm standing here but it's all the same
And I'm running out of patience

Well I will take my reason for you
And I have gained a reason for you
But you left me
You left me here and I'm all alone
I'm all alone, I'm all alone, I'm
all alone, I'm all alone

Well I'm searching to find my reason
To find a reason, to find my reason
Why I need you
And I need you and I want you
But I need to get away from you
And I need you and I want you
But I need to get away from you
But I need you and I want you
But I need to get away from you
And I need you and I want you
But I need to get away from the other

And I will take my reason for you
And I needed someone to love me
But you just left me here and I'm lonely
You know I needed someone to love me
But I'm all alone

Sekedar cinta....

Cinta itu anugerah. Tak seorangpun menampiknya. Karena anugerah, maka cinta kerap datang secara tiba-tiba, bahkan seringkali tanpa si pemilik cinta menghendaki kehadirannya. Yah, betapa banyak di antara kita yang ‘menyesal’ karena lebih menyukai gudeg ketimbang burger.  Tapi kecintaan pada makanan itu datang begitu saja.
Persoalannya, meski cinta datang tak terduga-duga, ia selalu punya alasan kenapa hadir dalam kehidupan nyata. Cinta selalu datang dari pipa saluran yang berbeda-beda, meski sumbernya adalah sama. Berbeda pipa, karena berbeda alasan. Masing-masing alasan menentukan kwalitas cinta

Cinta tentu punya banyak alasan untuk hadir di hati kita. Bila kita mau merenunginya, sungguh banyak keajaiban di sana.
Sebagian orang beralasan, bahwa ia mencinta calon isterinya dahulu, karena keindahan matanya. Siapa yang menyuruh dirinya untuk begitu peduli mencermati calon mempelainya sebegitu rupa?
Tentu ada latar belakang, kenapa ia begitu memuliakan mata. Sehingga cinta itupun ia betot untuk hadir, hanya karena keindahan sepasang mata.
Yah, bisa jadi ia membiasakan dirinya untuk meneliti berbagai jenis mata manusia. Yang hitam pekat bulatan tengahnya, yang bercampur biru warnanya, yang sering dibilang sebagai mata kucing, yang sipit, yang belo, yang sayu……yang ini dan yang itu. Mata, ternyata begitu banyak jenisnya.
Soal binatang kesayangan dia juga kerap menilai dari keindahan matanya. Itu sah-sah saja. Tapi selera itu tak muncul tiba-tiba.
Eh, ada seorang teman saya, yang menikahi calon isterinya dahulu, setelah mendengarkan kemerduan suaranya melantunkan ayat-ayat Allah…..
Selidik punya selidik, ternyata ia memang gemar membaca Al-Quran, sangat memerhatikan tajwid, tahsin dan makraj huruuf dalam bacaan Al-Quran. Maka seorang wanita shalihah, semakin bertambah nilainya hingga berkali-kali lipat, bila ketahuan bersuara indah dalam melantunkan ayat-ayat Allah.
Ehm, ada juga seorang teman yang menikahi wanita, setelah tahu sang calon isteri memiliki kemampuan bela diri yang memikat. Ternyata, ia sangat mengagumi tokoh Ummu Khalat dalam sejarah para Sahabat Nabi n. Seorang wanita bercadar, yang pernah ikut dalam peperangan sedemikian gagahnya. Nabi dan para Sahabat mengira ia seorang ksatria muslim yang tidak dikenal. Ternyata, ia adalah ‘pendekar’ muslimah bernama Ummu Khalat!
Alasan, atau dalam bahasa fiqihnya ‘illat, menjadi pencetus munculnya kesimpulan hukum. Cinta itu adalah hukum. Dan setiap hukum muncul bersama ‘illatnya. Apakah illat cintamu?
Ini, yang harus kita renungi baik-baik.
Alasan cinta atau ‘illat cinta, muncul dari pipa yang berbeda-beda. Ada pipa keyakinan atau ideologi. Ada pipa pergaulan atau sosial. Ada pipa wawasan dan ilmu pengetahuan atau science dan tsaqaafah. Ada juga pipa budaya,  suku, keluarga, hobi, dan seterusnya.
Dari pipa manapun alasan cinta itu bermula, carilah kemenangan dengan agama sebagai basis powernya. Itulah salah satu yang dapat kita mengerti dari sabda Nabi n,
فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
Menanglah dengan memilih agamanya, maka “taribat yadaaka” (dirimu akan selamat dari cela).” [2]
Agama, dijadikan sebagai starting powernya. Dari wilayah itu sebagai basis kekuatan memilih, seseorang bisa meragamkannya sesuai dengan berbagai latar belakang yang dia miliki.
Ia bisa memilihnya melalui pipa hobi, kecendrungan, ilmu pengetahuan, atau apa saja. Selama itu tidak berlawanan dengan konsep agama, dan selama ia berjalan bersinergi dengan nilai-nilai agama dan keyakinan yang lurus, ia bisa menjadi alasan kehadiran cinta.
gantungan tali Cinta
ketika cinta itu datang dengan segala alasannya; dengan satu, dua, tiga atau sekian alasan berbeda-beda sekaligus, tentu ia hadir bukan menggantung di awang-awang.
Cinta mengalir dari endapan pandangan mata, pendengaran telinga, penciuman hidung, dan campuran berbagai nuansa rasa yang menumpuk di hati, lalu membentuk cita rasa baru yang unik dan mengejutkan. Itulah cinta,
Saat ia muncul, ia bergantung pada sesuatu yang menjadi kekuatan wujudnya. Kalau cinta itu muncul akibat kesamaan visi dan misi kehidupan, maka cinta itu akan luntur saat visi dan misi dua orang yang saling mencintai itu kemudian bertabrakan atau bersimpangjalan.
Kalau  cinta itu muncul karena dorongan ambisi-ambisi duniawi tertentu, maka berkurangnya kwalitas dan kwantitas dunia yang direngkuh, akan membuat cinta itu kian lama kian kehilangan maknanya.
Namun, bila cinta itu bergantung pada perjalanan mengejar cinta Yang Maha Kuasa, Allah, Ar-Rahmaan Ar-Rahiem, maka cinta itu akan abadi, selama iman masih di kandung badan.
Abu Hurairah t meriwayatkan dari Rasulullah r,
“Ada se-orang laki-laki mengunjungi saudaranya di suatu kampung lain. Allah kemudian mengutus satu malaikat untuk mengawasi Madrajatahu[3]. Ketika sampai kepadanya, malaikat berkata,
“Anda mau ke mana?”
“Saya ingin mengunjungi saudaraku.” Jawabnya.
“Apakah ada sebab mendorong Anda untuk menziarahinya?”[4] Tanya malaikat itu lagi.
“ Tidak ada, selain aku mencintainya karena Allah.” Jawab orang itu pula.
Malaikat itu berkata, “Sesungguhnya saya adalah utusan Allah untuk Anda. Bahwa Allah I telah mencintai Anda sebagaimana Anda mencintai dia karena-Nya.”[5]
أَوْثَقُ عُرَى اْلإِيْمَانِ: أَنْ تُحِبَّ فِيْ اللهِ، وَتُبْغِضَ فِيْ اللهِ
“Pokok-pokok iman yang paling kuat adalah Anda mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.”[6]
Maka, selidikilah terus menerus, di mana tali cinta kita bergantung. Betapa banyak orang yang kita cintai di dunia ini. Begitu berlimpah hal-hal dan sesuatu yang kita cinta di muka bumi ini. Di manakan tali cinta-cinta itu bergantung?
Apakah pada janji kehidupan dunia yang fana ini?
Apakah pada petuah dan nasihat manusia saja?
Apakah pada ambisi dan hasrat dunia semata?
Apakah pada fanatisme kekeluargaan, kesukuan dan kebangsaan saja?
Bila memang demikian, binasalah segala cinta yang ada. Karena segala sesuatu, selain Allah, pasti akan mengalami kebinasaan. Cepat atau lambat.
Di manakan tali cinta kita bergantung……………………………..????

[1] Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah nomor 949. [2] Arti “Taribat Yadaak”, adalah bersentuhan dengan bumi. Itu merupakan bahasan kiasan yang artinya: membutuhkan. Ungkapan itu berwujud berita, tetapi artinya sebagai perintah. Lihat Fathul Bari IX : 38 – 39
[3] Jalannya
[4] “Tarubbuha” bermakna “berupaya memperbaikinya” dan “bangkit karenanya”
[5] HR. Muslim, No. 38, 4/1988
[6] HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir, No. 11537; Ibnu Syaibah dalam Al-Iman, hlm. 110, dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, No. 1728

Senin, 01 Maret 2010

welcome back....

subhanallah.....
air mata ini masih setia menemani...
menghapus sedih dan perih di hati....
pada siapa aq mesti mengadu.....
selain Engkau ya Allah....
ya Allah, sesungguhnya aq sangat mencintai dia...
permata dalam hidup q....
impian dari setiap nafas q....
namun lidah ini begitu kelu...
tak mampu berucap melebihi semua itu...
angin, rumput, semut-semut kecil....
maukah kalian membantu ku...
tenangkan jiwa yang rapuh ini...
sampaikan padanya kalau aq sangat mencintainya....
aq yakin hanya itu yang mampu menghapus pilu...

tapi mengapa semua ini mesti terjadi....
aq mengerti.....
andai dunia ini jadi milikku....
dan seluruh bidadari memilih ku...
tidak akan pernah puas diri ini...
dan bukan itu yang aq mau....

aq sadar... diri ini hanya sekedar pualam...
tidak pantas disejajarkan dengan intan...
tapi apa salah jika aku mencintainya.....

cinta.... yah memang aq salah menaruh hati....
tidak sepantasnya aq mencintai dunia...
mengharap kasih dari selain Engkau ya Allah....
aq khilaf..... tapi aq jg tidak bisa menghindar...
perasaan itu tiba-tiba datang....
merasuk dan meracuni aq...
hingga kini saat aq kehilangan semua itu....
aq serasa mati...
tidak berarti...
yah ap guna aq jadi insinyur.... ato master sekalian...
kalu orang yang paling aku harapkan telah jadi milik orang....
sedih... kecewa....
betapa bodohnya aq...
hingga hal sekecil itupun aq tak mampu...
masih terus berpikir..... terus berulang ku pikirkan.....
apa yang sebenarnya ia pikirkan...
apakah dunia ini sudah menutup matanya...
atau cintanya mulai luntur.... seiring bertambahnya umur...
aq tidak akan menghujat...
aq jg tidak mau tau lagi.....
hidup dalam kepedihan....

mungkin sangat berat.....
dan kali ini mungkin aq tak kan mampu.....
setelah sekian lama, aq merasa terdholimi.....
ternyata hikmah yang q raih....

Allah maha adil.....
memilihkan yang terbaik bagi ku...
aq tau dia tidak pernah mencintai ku...
dan menganggab q badut lucu....
semoga aq tidak terlena dan tergelincir terlalu jauh....
inikah pendewasaan itu....
kalau ini memang sudah nasib q...
akan q jalani semua ini....
dengan sisa asa yg msh q miliki.....